Judul asli : 告白 (Kokuhaku)
Genre : Psychological Thriller
Tahun : 2010
Durasi : 106 menit
Aku pernah janji
bakal bahas film ini, hehehe. Nah, kali ini, I’ll fulfill that promise!^^
Jujur, film ini
bikin aku … merinding. Dari skala kengerian, aku kasih nilai 9 dari 10, deh.
Bukan ngeri akibat ada hantu, hehehe. Film ini adalah film thriller psikologis,
jadi mengetengahkan sisi psikologis setiap karakter dan … kejutan pastinya.
Ceritanya sendiri
tentang seorang guru SMA (Yuko Moriguchi) yang suatu hari mengumumkan bahwa dia
akan berhenti mengajar. Sebelum dia keluar dari sekolah, dia menambahkan
pengumuman lain yang sangat mengejutkan. Dia menceritakan tentang putrinya
(Manami) yang sudah meninggal. Manami dibunuh dan pembunuhnya adalah murid yang
ada di kelas yang diajarnya. Dia tahu siapa pembunuh anaknya dan mengatakan ciri-cirinya
dengan menyebut dua murid itu sebagai “A” dan “B”. Tentu aja, berdasarkan
ciri-ciri yang dia berikan (yang lama kelamaan makin jelas) murid-murid lain di
kelas itu tahu siapa murid yang dimaksud. Kericuhan segera menyusul setelahnya.
Murid A, Shuya
Watanabe, adalah murid yang cerdas, namun ada sisi lain dari dirinya, untuk
mengabaikan peraturan, untuk melakukan apa pun agar mendapat perhatian, dan itu
mengalahkan sisi kemanusiaan di dalam dirinya. Akibat ditinggal ibunya setelah
berpisah dari ayahnya, Shuya yang selalu ingin mendapatkan tempat di hati
ibunya, untuk membuat ibunya terkesan akan dirinya, lalu berusaha keras menjadi
yang terbaik dalam hal pelajaran. Dia memenangi lomba dengan menciptakan sebuah
alat yang bisa mencegah adanya pencopetan di dompet.
Murid B, Naoki
Shimomura, adalah anak yang tidak menonjol di kelas. Di keluarganya, dia selalu
dimanja oleh ibunya. Shuya mengajak Naoki dalam rencana pembunuhannya akibat
dendam kepada Yuko yang mempersulitnya saat dia akan mendaftar lomba.
Yuko mengatakan
bahwa pembunuh di bawah umur tidak bisa dikenai hukuman karena dilindungi oleh
Hukum Anak. Hukum itu menyatakan bahwa pembunuh di bawah umur tidak dapat
dijerat oleh hukuman seperti layaknya pembunuh dewasa. Oleh sebab itu, percuma
saja bila dia melaporkan pembunuhan anaknya, karena tidak akan mendapatkan
hukuman yang setimpal.
Dia lalu
mengumumkan bahwa dia telah memilih sendiri hukuman yang akan dikenakan kepada
Shuya dan Naoki. Dia telah mencampurkan darah pasien positif HIV (Euuuh … ) ke
dalam kardus susu yang akan diminum oleh Shuya dan Naoki. Seluruh kelas lebih
terkejut lagi saat Yuko menambahkan bahwa akan membutuhkan tiga bulan sampai
hasil laboratorium keluar yang menyatakan apakah kedua anak itu positif terkena
HIV atau tidak dari hasil tindakannya.
Kengerian semakin
bertambah menyusul kepergian Yuko. Shuya dan Naoki lalu mendapatkan “hukuman”
yang lebih parah akibat pengakuan Yuko. Mereka tidak hanya didera kengerian
akibat menunggu tes tiga bulan yang menyatakan apakan mereka positif HIV atau
tidak, tapi juga sanksi sosial dari teman-teman sekelas mereka. Naoki menolak
masuk sekolah lagi sementara Shuya mendapat bully
bertubi-tubi. Salah satu teman sekelasnya, seorang cewek bernama Mizuki
Kitahara juag mendapat perlakuan serupa. Dia dipaksa untuk … er … mencium Shuya
(ini beneran tega banget) kemudian memfotonya.
Naoki, yang tidak
di-bully, menjadi stres di rumah. Dia
sering menjerit-jerit sendiri, menyebabkan kengerian dan kesedihan yang luar
biasa bagi ibunya. Dia menjadi protektif, melindungi setiap barang yang habis
dipakainya dari ibunya agar ibunya tidak tertular virus HIV darinya. Dia
mengurung diri di kamar, menolak mencukur rambutnya dan ketika ibunya diam-diam
mencukurnya, dia marah luar biasa dan mengamuk.
Oke. I’ll stop here, hehehe. Gimana, udah
cukup kan, bayangan tentang film-nya? Udah menangkap inti ceritanya dan kengerian
yang ditimbulkan sama film itu?
Alur filmnya memang
rumit dan berbelit-belit, namun justru disitulah letak keunikannya. Kita diajak
menyelami kehidupan Shuya, kehidupan Naoki, motif-motif setiap tokoh dalam
melakukan tindakannya. Ternyata Yuko tidak benar-benar menyuntikkan darah milik
penderita HIV itu ke susu milik Shuya dan Naoki. Suaminya (si penderita HIV itu
sendiri, dari mana Yuko mendapatkan darahnya) mencegah Yuko mengambil darahnya.
Dendam seorang
ibu jika putrinya dibunuh emang mengerikan, readers
…. Hal yang tadinya enggak dia pikirkan, yang tadinya enggak akan dia lakukan,
akhirnya terealisasikan menjadi tindakan yang sulit diterima akal sehat dan
melanggar kemanusiaan. Meskipun pembunuhan yang dilakukan Shuya dan Naoki juga
melanggar kemanusiaan dan Yuko merasa jalan untuk membalaskan kematian Minami secara
setimpal udah enggak ada kecuali dia sendirilah yang menghukum pembunuh Minami.
SUPERB. Film ini benar-benar cerdas. Kita jadi mempertanyakan arti kemanusiaan
yang ada selama ini. Kita akan berpikir Yuko amat kejam dan sadis. Dia melakukan pembalasan
dendamnya dengan tangan dingin. Tapi pikirkan sejenak, bukankah tindakan Shuya
dan Naoki lebih kejam lagi? Apalagi setelah akhirnya diketahui alasan
sebenarnya Shuya dan Naoki membunuh Minami. Lalu, apakah Shuya dan Naoki
benar-benar 100% bersalah? Shuya merupakan produk bimbingan yang salah,
menjadikan pola pikirnya melenceng dari anak-anak seusianya yang seharusnya. Sementara
Naoki … sebenarnya dia tidak ingin membunuh! Setelah film ini lama berjalan,
akhirnya diketahui bahwa dia hanya ingin menunjukkan dirinya pada Shuya yang
meragukan kualitas yang dimiliki oleh dirinya. Dia merasa direndahkan dan
dihina oleh Shuya.
Film ini
benar-benar LAYAK ditonton. Mungkin kalian enggak suka film yang nuansanya “dark” dan suram. Apalagi film ini memang
dark dan suram banget. Kesan dingin dari
film ini benar-benar kuat hingga kita yang menontonnya (contohnya aku, nih,
hehehe) merasa … tertekan.
Film ini memang
memerlukan proses berpikir yang dalam, tapi aku percaya, kalian enggak akan
bosan menonton film ini, karena selalu aja ada kejutan. Setelah menonton film
ini pun, kita masih enggak akan bisa bernapas lega (uuups, ini spoiler! :o) karena masih banyak
pertanyaan dan renungan yang menggelayuti (oke, ini katanya oke banget, hahaha)
pikiran kita.
Film ini mendapat
banyak penghargaan di antaranya adalah film terbaik dan sutradara terbaik dari
berbagai ajang penghargaan. Aku enggak heran, sih, karena film ini emang KEREN
BANGET! :D
Note: images from http://asianwiki.com/Confessions_-_Japanese_Movie and other
Note: images from http://asianwiki.com/Confessions_-_Japanese_Movie and other
0 komentar:
Posting Komentar