RSS

Minggu, 04 Mei 2014

Memandang Sisi Lain Sadisme Lewat “Confession”





Judul asli              : 告白 (Kokuhaku)

Genre                    : Psychological Thriller

Tahun                   : 2010

Durasi                   : 106 menit

Aku pernah janji bakal bahas film ini, hehehe. Nah, kali ini, I’ll fulfill that promise!^^
Jujur, film ini bikin aku … merinding. Dari skala kengerian, aku kasih nilai 9 dari 10, deh. Bukan ngeri akibat ada hantu, hehehe. Film ini adalah film thriller psikologis, jadi mengetengahkan sisi psikologis setiap karakter dan … kejutan pastinya. 



Ceritanya sendiri tentang seorang guru SMA (Yuko Moriguchi) yang suatu hari mengumumkan bahwa dia akan berhenti mengajar. Sebelum dia keluar dari sekolah, dia menambahkan pengumuman lain yang sangat mengejutkan. Dia menceritakan tentang putrinya (Manami) yang sudah meninggal. Manami dibunuh dan pembunuhnya adalah murid yang ada di kelas yang diajarnya. Dia tahu siapa pembunuh anaknya dan mengatakan ciri-cirinya dengan menyebut dua murid itu sebagai “A” dan “B”. Tentu aja, berdasarkan ciri-ciri yang dia berikan (yang lama kelamaan makin jelas) murid-murid lain di kelas itu tahu siapa murid yang dimaksud. Kericuhan segera menyusul setelahnya.




Murid A, Shuya Watanabe, adalah murid yang cerdas, namun ada sisi lain dari dirinya, untuk mengabaikan peraturan, untuk melakukan apa pun agar mendapat perhatian, dan itu mengalahkan sisi kemanusiaan di dalam dirinya. Akibat ditinggal ibunya setelah berpisah dari ayahnya, Shuya yang selalu ingin mendapatkan tempat di hati ibunya, untuk membuat ibunya terkesan akan dirinya, lalu berusaha keras menjadi yang terbaik dalam hal pelajaran. Dia memenangi lomba dengan menciptakan sebuah alat yang bisa mencegah adanya pencopetan di dompet.

Murid B, Naoki Shimomura, adalah anak yang tidak menonjol di kelas. Di keluarganya, dia selalu dimanja oleh ibunya. Shuya mengajak Naoki dalam rencana pembunuhannya akibat dendam kepada Yuko yang mempersulitnya saat dia akan mendaftar lomba. 

Yuko mengatakan bahwa pembunuh di bawah umur tidak bisa dikenai hukuman karena dilindungi oleh Hukum Anak. Hukum itu menyatakan bahwa pembunuh di bawah umur tidak dapat dijerat oleh hukuman seperti layaknya pembunuh dewasa. Oleh sebab itu, percuma saja bila dia melaporkan pembunuhan anaknya, karena tidak akan mendapatkan hukuman yang setimpal. 

Dia lalu mengumumkan bahwa dia telah memilih sendiri hukuman yang akan dikenakan kepada Shuya dan Naoki. Dia telah mencampurkan darah pasien positif HIV (Euuuh … ) ke dalam kardus susu yang akan diminum oleh Shuya dan Naoki. Seluruh kelas lebih terkejut lagi saat Yuko menambahkan bahwa akan membutuhkan tiga bulan sampai hasil laboratorium keluar yang menyatakan apakah kedua anak itu positif terkena HIV atau tidak dari hasil tindakannya. 

Kengerian semakin bertambah menyusul kepergian Yuko. Shuya dan Naoki lalu mendapatkan “hukuman” yang lebih parah akibat pengakuan Yuko. Mereka tidak hanya didera kengerian akibat menunggu tes tiga bulan yang menyatakan apakan mereka positif HIV atau tidak, tapi juga sanksi sosial dari teman-teman sekelas mereka. Naoki menolak masuk sekolah lagi sementara Shuya mendapat bully bertubi-tubi. Salah satu teman sekelasnya, seorang cewek bernama Mizuki Kitahara juag mendapat perlakuan serupa. Dia dipaksa untuk … er … mencium Shuya (ini beneran tega banget) kemudian memfotonya. 



Naoki, yang tidak di-bully, menjadi stres di rumah. Dia sering menjerit-jerit sendiri, menyebabkan kengerian dan kesedihan yang luar biasa bagi ibunya. Dia menjadi protektif, melindungi setiap barang yang habis dipakainya dari ibunya agar ibunya tidak tertular virus HIV darinya. Dia mengurung diri di kamar, menolak mencukur rambutnya dan ketika ibunya diam-diam mencukurnya, dia marah luar biasa dan mengamuk.
Oke. I’ll stop here, hehehe. Gimana, udah cukup kan, bayangan tentang film-nya? Udah menangkap inti ceritanya dan kengerian yang ditimbulkan sama film itu?

Alur filmnya memang rumit dan berbelit-belit, namun justru disitulah letak keunikannya. Kita diajak menyelami kehidupan Shuya, kehidupan Naoki, motif-motif setiap tokoh dalam melakukan tindakannya. Ternyata Yuko tidak benar-benar menyuntikkan darah milik penderita HIV itu ke susu milik Shuya dan Naoki. Suaminya (si penderita HIV itu sendiri, dari mana Yuko mendapatkan darahnya) mencegah Yuko mengambil darahnya. 


Dendam seorang ibu jika putrinya dibunuh emang mengerikan, readers …. Hal yang tadinya enggak dia pikirkan, yang tadinya enggak akan dia lakukan, akhirnya terealisasikan menjadi tindakan yang sulit diterima akal sehat dan melanggar kemanusiaan. Meskipun pembunuhan yang dilakukan Shuya dan Naoki juga melanggar kemanusiaan dan Yuko merasa jalan untuk membalaskan kematian Minami secara setimpal udah enggak ada kecuali dia sendirilah yang menghukum pembunuh Minami.  

SUPERB. Film ini benar-benar cerdas. Kita jadi mempertanyakan arti kemanusiaan yang ada selama ini. Kita akan berpikir Yuko amat kejam dan sadis. Dia melakukan pembalasan dendamnya dengan tangan dingin. Tapi pikirkan sejenak, bukankah tindakan Shuya dan Naoki lebih kejam lagi? Apalagi setelah akhirnya diketahui alasan sebenarnya Shuya dan Naoki membunuh Minami. Lalu, apakah Shuya dan Naoki benar-benar 100% bersalah? Shuya merupakan produk bimbingan yang salah, menjadikan pola pikirnya melenceng dari anak-anak seusianya yang seharusnya. Sementara Naoki … sebenarnya dia tidak ingin membunuh! Setelah film ini lama berjalan, akhirnya diketahui bahwa dia hanya ingin menunjukkan dirinya pada Shuya yang meragukan kualitas yang dimiliki oleh dirinya. Dia merasa direndahkan dan dihina oleh Shuya.  

Film ini benar-benar LAYAK ditonton. Mungkin kalian enggak suka film yang nuansanya “dark” dan suram. Apalagi film ini memang dark dan suram banget. Kesan dingin dari film ini benar-benar kuat hingga kita yang menontonnya (contohnya aku, nih, hehehe) merasa … tertekan. 

Film ini memang memerlukan proses berpikir yang dalam, tapi aku percaya, kalian enggak akan bosan menonton film ini, karena selalu aja ada kejutan. Setelah menonton film ini pun, kita masih enggak akan bisa bernapas lega (uuups, ini spoiler! :o) karena masih banyak pertanyaan dan renungan yang menggelayuti (oke, ini katanya oke banget, hahaha) pikiran kita. 
Film ini mendapat banyak penghargaan di antaranya adalah film terbaik dan sutradara terbaik dari berbagai ajang penghargaan. Aku enggak heran, sih, karena film ini emang KEREN BANGET! :D

Note: images from http://asianwiki.com/Confessions_-_Japanese_Movie and other

0 komentar:

Posting Komentar