RSS

Selasa, 06 Mei 2014

Sekelumit Kisah Cinta dalam “La Rempailleuse” by Guy de Maupassant



From http://en.wikipedia.org/wiki/Guy_de_Maupassant, fotographed by
Félix Nadar, 1888

Salah satu sastrawan yang paling aku suka adalah Guy de Maupassant (ada di list Favourite Authors di gadget blog^^). Dia adalah seorang penulis Prancis di abad 19 dan populer banget. Kisah-kisahnya itu, lho …. Hmmm, so beautiful and meaningful!>,< 


Nah, oke. Aku mau membagi salah satu cerpennya yang paling aku suka. Judulnya “La Rempailleuse” dan dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris menjadi “Lasting Love” (Cinta Sejati). Aku membaca cerpen ini kali pertama waktu SMA, kalo nggak salah sih, lewat novel yang dipinjam ibuku, hehehe. Judul novelnya Cinta Sejati, diterbitkan oleh Penerbit Serambi. Let’s start!!! ^^

"La Rempailleuse" menceritakan tentang seorang Dokter yang menjadi tamu dari Marquis de Bertrans. Dia lalu menceritakan sebuah kisah cinta kepada sang Marqui, istrinya, dan tamu-tamu yang lain. Dia mengawali kisahnya dengan kata-kata yang benar-benar indah dan terpatri (cieeh, hehehe :p) di benakku.

“… Aku pernah tahu tentang cinta yang bertahan selama lima puluh tahun, tanpa jeda sehari pun, dan hanya berakhir lewat kematian.”

Uwaaah …. What a sad and beautiful prolog at the same time! Hiks …. #sobs :’(

Si Dokter lalu menceritakan kisah tentang seorang wanita tukang reparasi kursi yang jatuh cinta dengan seseorang bangsawan bernama Monsieur Chouquet, seorang ahli obat, semenjak ia kecil. Wanita penambal kursi sedang berada di ambang kematiannya ketika ia menceritakan kisahnya kepada si Dokter. Kisah yang sangat indah tapi juga sangat memilukan.

Kisahnya sendiri bergulir sewaktu wanita itu masih kecil. Dia membantu ayah ibunya yang bekerja sebagai penambal kursi yang rusak. Suatu hari dia menerima uang dari seorang wanita yang baik hati sebanyak dua penny. Dia menyimpan uang tersebut baik-baik hingga saat usianya 11 tahun, saat dia sedang berjalan-jalan di kota, dia bertemu dengan seorang anak lelaki bangsawan yang sedang menangis karena kehilangan uangnya. Wanita itu …. eh um … gadis itu (karena dia masih kecil, aku ganti jadi gadis kecil, hehehe) lalu memberikan seluruh tabungannya kepada anak laki-laki itu. Anak itu—Chouquet kecil lalu menerimanya dan berhenti menangis. Gadis kecil itu sangat bahagia lalu mencium (er …) Chouquet kecil. Chouquet kecil yang sedang sibuk menghitung uangnya tidak protes akan tindakan gadis itu. 

And that’s how everything begins. Si gadis jatuh cinta (lebih tepatnya tergila-gila) dengan si bocah (hahai, biar variasi dikit :p) bangsawan itu. Dia bahkan mencuri uang dari orangtuanya agar bisa diberikan kepada si bocah. 

Gadis itu lalu melihat lagi Chouquet kecil di toko obat milik ayahnya. Pemandangan si bocah yang sedang duduk di antara bola-bola berwarna merah dan biru semakin membuatnya terpesona. Saat dia bertemu bocah itu lagi, dia segera mengejar, memeluk dan menciumnya lagi (eur …) dan membuat Chouquet kecil ketakutan setengah mati (iyalah …. ~_~). Supaya anak itu diam, si gadis memberikan semua uangnya dan si anak laki-laki langsung berbinar. Dia lalu mengizinkan si gadis menciuminya sebanyak yang ia mau ( euh …).

Suatu hari pemuda itu (sekarang sudah lebih dewasa, jadi sebutannya diganti lagi jadi pemuda :D) menghilang dan gadis itu menyelidiki kemana ia pergi. Pemuda itu tinggal pindah dan tinggal di asrama. Si gadis memohon kepada orangtuanya agar mengubah rute mereka agar dia bisa bertemu pemuda itu lagi. Setelah dua tahun dia tidak melihat pemuda itu, pemuda itu udah benar-benar berubah, menjadi lebih tinggi dan tampan. Saat dia melihat si gadis, dia pura-pura tidak melihatnya, membuat si gadis merasa sangat sedih dan menangis selama dua hari.

Setelah itu, setiap bertemu, Chouquet tidak pernah menengok kepada gadis itu dan gadis itu tetap mencintainya dengan cinta yang besar, dalam kesia-siaan. Suatu hari, dia melihat Chouquet keluar dari toko obat bersama seorang wanita, yang ternyata adalah istrinya. Malamnya dia terjun ke sungai, namun berhasil diselamatkan oleh seorang pemabuk. Pemabuk itu lalu membawanya ke toko obat milik Chouquet. Chouquet berkata padanya bahwa dia gila karena melakukan hal itu dan melarangnya melakukan semacam itu lagi. Suara Chouquet membuat si gadis merasa hidup kembali. Chouquet berbicara kepadanya! Membuatnya merasa sangat bahagia. 

Si gadis kemudian kembali bekerja sambil terus memikirkan pemuda itu. Dia lalu mulai  sering mengunjungi toko obat Chouquet demi bisa bertemu dengannya dan terus memberikan uang. Demikianlah yang akhirnya selalu dilakukan si gadis. Dia tidak pernah menemui laki-laki lain dan juga tidak pernah mencintai laki-laki lain selain Chouquet. 

Kisah mulai berakhir saat cerita si gadis mulai habis. Dia mewasiatkan kepada si Dokter agar memberikan seluruh uangnya semasa hidup kepada Chouquet, agar Chouquet bisa mengenangnya. Si Dokter melaksanakan permintaannya dan menemui keluarga Chouquet. 

Chouquet sedang menyelesaikan sarapan bersama keluarganya sewaktu Dokter itu datang. Begitu mendengar kisah yang dituturkan si Dokter tentang wanita penambal kursi yang mencintainya, Chouquet amat marah dan mencaci maki wanita itu, merasa sangat terhina dan kehormatannya ternoda karena dicintai oleh seorang gelandangan, sementara istrinya yang juga sangat marah ikut mencaci maki dengan berulang kali mengatakan “Dasar pengemis!”. 

Si Dokter tentu saja sangat terkejut dengan reaksi yang diterimanya. Tapi demi melaksanakan tugasnya, dia melanjutkan tujuan kedatangannya dengan memberitahu bahwa wanita penambal kursi memberikan uang sebanyak tiga ribu lima ratus franc kepada Chouquet. Chouquet dan istrinya segera terdiam, sampai akhirnya mereka berkata bahwa mereka menerima pemberian dari si wanita penambal kursi.  

Keesokan harinya, Chouquet menemui si Dokter dan berkata dengan kasar bahwa dia meminta kereta si wanita penambal kursi. Si Dokter memperbolehkannya kalau memang itu maunya. 

My … what a tragic story, isn’t it, readers? Cinta yang benar-benar tulus dari seorang wanita gelandangan kepada seorang bangsawan, cinta yang enggak terbalas, tapi si wanita mencintainya seumur hidup, tanpa pernah berhenti, walaupun perlakuan si pria sungguh nggak bisa diterima. 

Cara Guy de Maupassant menceritakan kisahnya sungguh sangat apik. Langsung ke inti, nggak bertele-tele, dengan kalimat yang tepat namun memiliki arti yang dalam. Walaupun kisahnya memiliki ide yang sederhana, tentang seorang wanita penambal kursi yang jatuh cinta setengah mati kepada seorang bangsawan, tetapi di tangannya, dia mampu menceritakan kisah itu dengan luar biasa. Lewat penuturan seorang Dokter, bukan dari sudut pandang si wanita penambal kursi itu sendiri, membuat kisahnya lebih menyentuh karena Dokter itu sangat berempati sekaligus merasa iba dengan kisah wanita itu. Dia juga mempertanyakan reaksi yang diterimanya dari Chouquet, yang bahkan tidak merasakan sedikit pun iba atau sedih. Apakah si Chouquet benar-benar nggak mempunyai hati? Apakah sedikit pun dia nggak merasa tersentuh akan cinta si wanita penambal kursi kepadanya?

#ngelapairmata

Ini benar-benar cerita yang luar biasa. Aku jatuh cinta pada “La Rempailleuse” sejak pertama kali membacanya. Kisahnya elok banget, dengan gaya penceritaan yang juga benar-benar elok. I like it sooo much! >,<  Ceritanya benar-benar apa adanya, tanpa kata-kata dari Guy de Maupassant sendiri yang mengkritisi tindakan Chouquet ataupun tindakan si wanita penambal kursi. Kata-kata seperti “Benar-benar tidak manusiawi tindakan Chouquet kepada …”. Rasanya seolah Guy de Maupassant menceritakan kembali kisah yang pernah didengarnya, tanpa bumbu-bumbu kata tambahan. Justru itulah yang membuat aku jatuh cinta setengah mati dengan cerpen ini dan membuat “La Rempailleuse” benar-benar sangat berkesan dan terus terpatri di benakku. 

10 points out of 10 for this short story! >,<

0 komentar:

Posting Komentar