RSS

Rabu, 13 Mei 2015

Menghadapi Penolakan Oleh Penerbit (2)


Oke, melajutkan postingan lama (2 bulan lalu, hehe), aku bakal cerita tentang proses menghadapi penolakan dari penerbit.

Kalau awalnya aku sedih, lama kelamaan, seiring berjalannya waktu (ciileh), aku mulai sembuh. Emang bener kata pepatah, waktu menyembuhkan hati yang luka. Kita perlu waktu sendiri, untuk sedikit demi sedikit menerima kenyataan. Emang pahit, tapi kita harus menghadapinya. Cobaan memang diberikan untuk menguji kita.

Aku masih tetap menulis. Itu harus. Itu mimpi terbesarku. Mimpi yang aku tanam sejak dulu, yang aku beri makan dengan usaha dan waktu. Aku mendedikasikan (ciileh lagi :D) diriku demi menulis. Kalau orang mempunyai mimpi besar, di mana mereka meletakkan banyak harapan, mereka akan terus berusaha. Sampai titik darah penghabisan. Kejar terus, seperti anak-anak di masa lalu yang mengejar layangan sampai jauh. Menjadi penulis yang melahirkan banyak buku bagus adalah layang-layangku. Aku harus terus mengejarnya, walaupun aku harus terus berlari hingga letih, hingga sandal hilang (perumpamaan, oy! Hehe), dan hingga nafasku habis.

OOT nih, aku kan suka Korea. Nah, saking sukanya aku sama Korea, orang-orang terdekatku bilang:
Sampai segitunya suka sama Korea! Emang idola kamu nantinya notice kamu?

Nah, kurang lebih sama seperti menulis bagiku. Aku suka menulis, sangat. Aku mencintai dunia tulis menulis. Sekali aku mencintai sesuatu, cintaku dalam. Dan soal perumpamaan idola ... anggep aja itu metafora buat masyarakat. Aku harap masyarakat suatu hari akan notice aku, terlebih lagi karyaku. Someday, they’ll recognize me through my books.

Oke, cukup intronya, hehe. Aku kan mau cerita gimana aku menghadapi penolakan oleh penerbit.


1.    Ada orang yang melewati kesedihan dengan menyendiri dulu, dan ada yang memilih melewatinya bersama orang terdekat. Aku tipe yang kedua, ibuku bilang “kamu berbakat, kamu berbakat”, tanteku juga bilang gitu. Aku sering mempertanyakan, “benarkah kata mereka? Apa aku memang berbakat? Kalau iya, kenapa naskahku ditolak?”. Saat itu aku masih dalam fase penyangkalan. Aku ga ingin menghadapi bahwa fakta aku ditolak. Aku nggak mau tahu, pasti ada yang salah. Pasti semua ini cuma mimpi.

Nah, itu memang wajar. Tapi aku lalu luangkan waktu bareng keluarga, bareng temen. Aku ngambil liburan buat merilekskan pikiran, aku chatting temen buat nyari penghiburan. Melakukan semua itu sangat berpengaruh, lho. Pikiran kita nggak akan terus-terusan terpaku pada kesedihan kita.

2.    Suka musik? Banget? Oh oke. Suka nonton film? Banget? Baguslah. Haha, lakukan dua hal itu, readers, untuk menyegarkan pikiran kita yang kusut dan suram. Dengerin musik sambil nyanyi keras-keras juga boleh, kalau kalian pikir itu bisa membantu kalian menyalurkan beban pikiran. Buat yang hobi nonton film, saat pikiran kita udah tertuju sepenuhnya pada film, buat sejenak kita akan melupakan problem kita. Dan mungkin, kesenangan saat menonton film yang seru bisa membantu mengobati kesedihan kita.

Aku melakukan kedua itu. Aku suka musik, aku suka film. Aku lakukan keduanya untuk membantuku melepaskan beban pikiran. Kesedihanku berkurang, dan semangat untuk bangkit muncul lagi^^.

3.    Menulis lagi. Hah? Bingung kan? Huahaha. Jangan hanya karena naskah ditolak, aku jadi down dan nggak mau menulis lagi. Itu salah namanya. Jangan sampai penolakan menghentikan mimpi, jangan sampai penolakan membuatmu jatuh, dan jangan sampai kamu berhenti melangkah maju. Kalo kamu berhenti, kamu kalah. Itu aja, simpel. Jangan pernah menyerah. Lihat tuh, James Watt yang harus melakukan 99 kali percobaan sampai akhirnya berhasil. Ingat juga J.K Rowling, yang naskahnya ditolak 14 kali. Dan menurutku, yang paling hebat, seorang novelis bernama Kathryn Stockett, ditolak 60 kali. Awesome ... Dan dia nggak pernah menyerah. Dia terus berusaha dan mengirimkan naskahnya. Sampai akhirnya diterima. Dan naskahnya kini sudah terjual lebih dari 20 juta kopi.

4.    POIN INI YANG PALING PENTING. Kalian sendirilah yang harus terus menyemangati diri. Karena aku nggak mau menyerah, aku bilang gini sama diriku “Ayo nulis lagi, lagi dan lagi”. Kalau kalian menganggap mimpi kalian dan layak diperjuangkan, maka perjuangkan. Aku menganggap mimpiku sangat layak untuk diperjuangkan. Aku mencintai dunia tulis menulis, maka aku akan terus berjuang. Keinginan itu sudah cukup untuk membantu menghilangkan kesedihanku.

“The trick is not becoming a writer, folks, the trick is staying a writer”. (Harlan Ellison)

Jangan pernah berhenti menulis, jika kalian merasa itu adalah bagian dari hidup kalian. Dan yang lebih penting, kutipan ini yang membuatku bisa terus semangat.



0 komentar:

Posting Komentar